Standarisasi Instrumen Tes Hasil Belajar Ipa Untuk Mengukur Kognitif Siswa Tunarungu

Salah satu anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan atau hambatan pendengaran dalam taraf tertentu, yang memerlukan penanganan khusus ketika mengikuti pembelajaran di sekolah umum, kondisi semacam ini dinamakan dengan tunarungu. Anak tunarungu tidak dapat menggunakan indera pendengarannya seperti anak normal pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari, hal ini berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks terutama pada kemampuan Bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting dan dipastikan terganggu. Anak tunarungu dengan hambatan pendengaran pada umumnya memiliki kekurangan dalam memahami bahasa yang digunakan oleh kebanyakan orang di lingkungannya.  Dengan kalimat lain, anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam kemampuan berbahasa secara lisan, namun mereka masih dapat berkomunikasi dengan bahasa mereka sendiri, yaitu bahasa isyarat. Anak tunarungu memiliki hambatan berkomunikasi dengan orang lain secara lisan, baik dalam menyampaikan pesan maupun menangkap pesan. Peserta didik tunarungu atau siswa tunarungu dalam proses pembelajaran hanya mengandalkan penglihatannya yang berfungsi sebagai pengganti pendengarannya, segala informasi yang diterima melalui penglihatannya. Oleh karena itu semua kegiatan pembelajaran harus tervisualisasi, sehingga peserta didik tunarungu dapat menangkap informasi yang dibahas baik oleh guru atau orang lain. Berdasarkan kondisi yang demikian maka tunarungu memiliki karakteristik yang khusus yaitu anak yang visual, karena hanya memanfaatkan penglihatannya sebagai unsur utama untuk menerima semua informasi.